"Panenan memang melimpah, namun sedikitlah pekerjanya”
Itulah
penggalan doa ”Ya Harapan Israel” yang biasa di doakan oleh para seminaris
setelah perayaan ekaristi usai, termasuk saya. Doa yang menggambarkan betapa dibutuhkannya sosok
“pekerja” dalam ladang anggur Tuhan. Aku sebagai seorang seminaris yang setiap
hari mendoakan doa ini pun merasakan sekaligus berharap ada yang bersedia
menjadi “pekerja” bagi ladang anggur Tuhan. Aku berharap banyak pemuda-pemudi
yang rela dengan tulus dan ikhlas memilih jalan hidup sepertiku. Aku tahu,
pasti banyak dari mereka takut memilih jalan hidup sepertiku, mereka pasti
takut dibilang gila dan tidak waras. Tapi, walaupun begitu aku tetap berharap
ada dari sekian banyak anak muda yang berani memilih jalan hidup sepertiku.
Pengharapanku
mulai menemukan titik terang, ketika ada 53 orang “malaikat kecil” dari SMPK
St. Louis, Cepu yang datang dan berkunjung ke Seminari Menengah St. Vincentius
a Paulo Keuskupan Surabaya, tempatku tinggal. Aku menyambut kedatangan mereka
dengan ramah karena aku ingin menunjukkan kepada mereka betapa ramahnya
lingkungan Seminari. Dengan semangat aku menerima mereka, memperkenalkan
Seminari kepada mereka dan tentu saja aku juga berusaha untuk meyakinkan mereka
bahwa “Hidup sepertiku” itu tidak seburuk yang mereka duga. Sebenarnya, ada
perasaan canggung pada awalnya untuk masuk ke dalam “ dunia mereka”, tetapi
lama kelamaan aku seolah – olah berhasil mengahancurkan tembok pembatas
diantara kami. Aku pun semakin dekat dengan mereka, kedekatan itulah yang
menjadi sarana bagiku untuk meyakinkan
mereka bahwa hidup ”selibat” tidak seburuk yang mereka pikirkan.
Dengan
berbagai acara, aku dan teman-temanku berusaha memperkenalkan kehidupan kami di
sini. Dibantu oleh salah satu formator kami RP. Mistrianto, CM. mereka
diperkenalkan dengan kehidupan “selibat” atau “kehidupan yang khusus diarahkan
kepada Tuhan”. Dalam sesi ini, selain manambah pengetahuan mereka, juga ingin
menambahkan pengetahuan tentang jalan hidup yang kini kami para seminaris
tempuh. Dan yang membuat aku senang adalah ada dari antara mereka yang ingin
menjadi seperti kami para seminaris. Selain itu ada acara Outbound yang seru
dan menarik, serta mangandung banyak pelajaran-pelajaran hidup yang mungkin dapat
mereka petik.
Akhirnya,
aku teringat kata-kata orang bahwa “ panggilan itu misteri”. Jadi, aku tentu
tidak bisa menebak berapa banyak anak muda di luar sana yang berani memilih
jalan hidup seperti yang kini aku jalani. Aku hanya bisa berusaha dan berdoa
lewat doa “ Ya Harapan Israel” agar “Tuan” yang mempunyai tuaian tersebut akan
selalu mengutus lebih banyak “pekerja-Nya”
(Christoper Davinci Rettob, XI IPA)
0 komentar:
Posting Komentar