Jumat, 11 Maret 2016
0 komentar

Kunjungan: SMPK St. Louis, Cepu

11.57



           "Panenan memang melimpah, namun sedikitlah pekerjanya”
  Itulah penggalan doa ”Ya Harapan Israel” yang biasa di doakan oleh para seminaris setelah perayaan ekaristi usai, termasuk saya. Doa  yang menggambarkan betapa dibutuhkannya sosok “pekerja” dalam ladang anggur Tuhan. Aku sebagai seorang seminaris yang setiap hari mendoakan doa ini pun merasakan sekaligus berharap ada yang bersedia menjadi “pekerja” bagi ladang anggur Tuhan. Aku berharap banyak pemuda-pemudi yang rela dengan tulus dan ikhlas memilih jalan hidup sepertiku. Aku tahu, pasti banyak dari mereka takut memilih jalan hidup sepertiku, mereka pasti takut dibilang gila dan tidak waras. Tapi, walaupun begitu aku tetap berharap ada dari sekian banyak anak muda yang berani memilih jalan hidup sepertiku.
            Pengharapanku mulai menemukan titik terang, ketika ada 53 orang “malaikat kecil” dari SMPK St. Louis, Cepu yang datang dan berkunjung ke Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo Keuskupan Surabaya, tempatku tinggal. Aku menyambut kedatangan mereka dengan ramah karena aku ingin menunjukkan kepada mereka betapa ramahnya lingkungan Seminari. Dengan semangat aku menerima mereka, memperkenalkan Seminari kepada mereka dan tentu saja aku juga berusaha untuk meyakinkan mereka bahwa “Hidup sepertiku” itu tidak seburuk yang mereka duga. Sebenarnya, ada perasaan canggung pada awalnya untuk masuk ke dalam “ dunia mereka”, tetapi lama kelamaan aku seolah – olah berhasil mengahancurkan tembok pembatas diantara kami. Aku pun semakin dekat dengan mereka, kedekatan itulah yang menjadi sarana bagiku untuk  meyakinkan mereka bahwa hidup ”selibat” tidak seburuk yang mereka pikirkan.
            Dengan berbagai acara, aku dan teman-temanku berusaha memperkenalkan kehidupan kami di sini. Dibantu oleh salah satu formator kami RP. Mistrianto, CM. mereka diperkenalkan dengan kehidupan “selibat” atau “kehidupan yang khusus diarahkan kepada Tuhan”. Dalam sesi ini, selain manambah pengetahuan mereka, juga ingin menambahkan pengetahuan tentang jalan hidup yang kini kami para seminaris tempuh. Dan yang membuat aku senang adalah ada dari antara mereka yang ingin menjadi seperti kami para seminaris. Selain itu ada acara Outbound yang seru dan menarik, serta mangandung banyak pelajaran-pelajaran hidup yang mungkin dapat mereka petik.
            Akhirnya, aku teringat kata-kata orang bahwa “ panggilan itu misteri”. Jadi, aku tentu tidak bisa menebak berapa banyak anak muda di luar sana yang berani memilih jalan hidup seperti yang kini aku jalani. Aku hanya bisa berusaha dan berdoa lewat doa “ Ya Harapan Israel” agar “Tuan” yang mempunyai tuaian tersebut akan selalu mengutus lebih banyak “pekerja-Nya”

(Christoper Davinci Rettob, XI IPA)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer
Top